Cita-cita adalah sebuah keinginan yang diimpikan hampir semua manusia. Pernah suatu hari saat masih duduk dibangku sekolah dasar kelas enam, seorang guru menanyakan satu persatu kepada murid-muridnya. Apa cita-cita kamu ? satu persatu murid menjawab pertanyaan dari bapak guru. Dan pas giliran si Didi kecil menjawab dengan sedikit kebingungan. Dalam benaknya bertanya-tanya apa cita-cita yang diimpikan selama ini. Menjadi guru ? si Didi kurang begitu seneng. Akhirnya dengan suara agak keras si didi melontarkan suaranya ingin menjadi pedagang, pak !! jawab si didi kecil.
Dari kisah awal inilah dimulai, si didi kecil sudah beranjak dewasa dan selalu teringat akan pertanyaan bapak guru sekolah dasarnya akan cita-citanya. Mulailah si didi berpikir untuk menunjukkan apakah dia bisa menjalaninya sebagai seorang pedagang. Ada seorang temen kerjanya yang kebetulan ingin mengajari cara-cara berdagang. Diajarilah si didi ini oleh teman kerjanya cara dan trik berdagang. Dan akhirnya si didi memberanikan diri untuk memulai sebuah usaha yang pertama kalinya. Dengan modal tidak terlalu besar dan menyisihkan uang dari gajian setiap minggunya. Mulailah si didi memutar modalnya untuk berdagang rokok. Saat itu modal si didi hanya bisa membeli tiga pack rokok , yaitu dua pack berisi rokok gudang garam filter dan satu pack berisi rokok jarum super. Dengan bermodalkan tiga pack rokok si didi mulai kebingungan lagi. Bagaimana cara menjualnya ? itu yang ada dalam benaknya saat itu. Si didi mulai berpikir bagaimana bisa menjual rokok-rokok tersebut. Diambilnya empat bungkus rokok Gudang Garam filter dan dimasukkan ke dalam kantong celananya dan sambil berpikir bagaimana cara ngomongnya untuk menawarkan ke rekan kerjanya. Singkat cerita akhirnya hari demi hari berjalanlah usahanya sedikit demi sedikit menjadi lebih banyak. Dan teryata diluar kendali sekitar tahun 1997 terjadilah krisis moneter di Indonesia yang mengakibatkan begitu banyak kerusuhan dan pengerusakan diberbagai sudut kota. Dan harga-harga sudah tidak stabil mengakibatkan usaha si didi sudah tidak berjalan kembali.
Dari perjalanan awal inilah si didi tidak pernah putus asa untuk memulai kembali usaha-usaha yang lain, dari menjual dompet kulit, sabuk kulit, pakaian sampai dengan menjual makanan ringan. Tidak ada kata menyerah dalam menjalaninya walaupun banyak rintangan yang selalu menghadang. Semua itu hanyalah cobaan-cobaan kecil yang memang butuh sebuah pengorbanan. Saat ini si didi masih memikirkan bagaimana caranya mencari celah-celah sumber usaha yang bisa membuat kesuksesan dikemudian hari.
Semangatlah didi jalan masih terbuka lebar , tatap kedepan masa depanmu menuju cita-cita kecilmu menjadi seorang pedagang sejati.
No comments:
Post a Comment