Pembuatan Emping Jagung
secara umum prosesnya sederhana. Emping adalah produk olahan pangan
dari bahan berpati yang digencet atau dipipihkan menjadi lempengan
dengan bentuk tertentu (biasanya bulat), dikeringkan, dan digoreng
renyah. Emping ini dapat ditambahkan bumbu-bumbu sesuai selera, misalnya asin, pedas, gurih, manis, ditambahkan irisan daun bawang, atau ditambah bumbu lainnya. Bahan-bahan yang biasa diolah menjadi emping adalah melinjo, singkong/ubi kayu, garut, dan jagung.
Rasanya yang renyah, menjadikan emping jagung merupakan olahan makanan yang digemari masyarakat. Dibandingkan hasil olahan jagung lainnya seperti marning, emping jagung
ini lebih membutuhkan penanganan khusus dan hati-hati, terutama karena
bentuk fisiknya yang tipis dan mudah hancur. Oleh karena itu dalam pengolahan emping jagung
rendemennya hanya sekitar 80 % , dengan kata lain ada sekitar 20 % yang
hancur tidak dapat dijual. Bagian yang tidak dapat dimanfaatkan
tersebut terdiri dari hancuran emping jagungnya sendiri dan bagian
lembaga jagung yang terlepas (tidak dapat menyatu dengan bagian jagung lainnya). Dalam prakteknya, bagian yang tidak dapat dimanfaatkan tersebut digunakan sebagai pakan ternak. Atau cara yang lebih kreatif misalnya dapat dijadikan sebagai krupuk jagung.
- Pemilihan Bahan Jagung
Pemilihan bahan emping jagung yang baik ,mutlak dibutuhkan biji jagung yang utuh dan besar-besar. Biji jagung yang kecil akan menghasilkan emping jagung yang kecil-kecil pula dan terkesan seperti hancuran atau “remukan”. Selain itu, dalam proses pembuatannya terutama setelah jagung dipipihkan, harus dihindari pula pemindahan bahan sekecil mungkin. Pemindahan emping jagung (basah dan kering) yang sering dilakukan akan meningkatkan prosentasi hancuran. Jadi sekali lagi dalam proses pembuatan emping jagung ini sangat membutuhkan penanganan yang ekstra hati-hati, karena produk yang dihadapi relatif tipis dan mudah hancur.
2.Proses Pembuatan Emping Jagung
Dalam proses pembuatan emping jagung, mula-mula dipilih jagung yang bersih dan kondisinya baik, terutama bebas dari serangan jamur. Setelah dibersihkan dari kotoran dan dicuci, jagung direbus dengan ditambahkan kapur 2-4 % dari berat jagung
selama sekitar 1 jam. Proses Niktamalisasi atau perebusan dengan kapur
tersebut dimaksudkan untuk menghancurkan kulit ari (kulit tipis terbuat
dari bahan sellulosa yang menyelimuti biji jagung), sehingga memudahkan penetrasi air dan panas kedalam biji jagung. Proses Niktamalisasi tersebut dianggap cukup apabila biji jagung ketika dipegang jari tangan terasa licin dan kulit ari hancur atau rusak. Setelah dicuci bersih, biji jagung direndam air bersih semalam. Perendaman ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan penetrasi air kedalam biji jagung,
sehingga memudahkan proses pengukusan. Selanjutnya dilakukan pengukusan
sekitar 1 jam. Indikator bahwa pengukusan dianggap cukup apabila pati
dalam aleuron (kantung pati) telah tepat tergelatinisasi seluruhnya.
Usahakan tingkat gelatinisasinya tidak berlebihan, sebab gelatinisasi
yang berlebihan atau jagung terlalu matang menyebabkan biji jagung hancur ketika dipipihkan. Setelah matang, jagung kukus yang masih dalam keadaan panas langsung dipipihkan atau digencet dengan mesin roll pemipih. Agar jagung
tidak lengket, paling baik roll pemipih terbuat dari jenis plastik
(misal pralon PVC dengan diameter cukup besar sekitar 6-8 inchi yang
didalamnya diisi cor semen sehingga berat dan mampu menggencet jagung). Dengan roll pemipih ini yang jumlahnya 2 buah dan berputar berlawanan arah , maka biji jagung akan tergencet berbentuk pipih dengan ketebalan sekitar 1 mm (ketebalan ini dapat diatur sesuai kebutuhan).
Biji jagung
yang tergencet ini akan berjatuhan ke bawah dan ditampung dalam rigen
bambu atau wadah penampung lainnya. Agar tidak rusak atau hancur,
sebaiknya tidak dilakukan pemindahan jagung yang sudah dipipihkan ini. Oleh karena itu, supaya jagung
pipih dapat tertampung dalam wadah secara merata, maka perlu didesain
sedemikian rupa, misalnya wadah penampungnya diusahakan bisa bergerak
mengikuti jatuhnya biji jagung yang tergencet. Setelah rigen atau wadah cukup penuh, selanjutnya jagung gencet dijemur dibawah terik matahari sampai kering. Dalam keadan cuaca baik, biasanya pengeringan emping jagung hanya membutuhkan 1 -2 hari saja. Sebelum disimpan atau digoreng, emping jagung kering perlu disortasi ukurannya, yaitu untuk memisahkan ukuran emping jagung yang besar dengan yang berukuran kecil atau ”remukan” dan lembaga. Cara sortasi ini dilakukan dengan diayak. Sampai tahap ini, emping jagung bisa juga dikemas dalam keadaan mentah, dan langsung bisa dipasarkan.
Apabila digoreng, emping jagung mentah ini akan mekar atau mengembang menjadi sekitar 2 kali lipatnya. Hal ini karena kandungan amilosa jagung cukup tinggi dan ketebalan emping cukup tipis (sekitar 1 mm). Namun demikian harus diwaspadai bahwa dibalik kerenyahan emping jagung ini menuntut perlakuan khusus dan hati-hati, karena emping jagung sangat riskan untuk mudah hancur. Untuk itu paling baik kalau emping jagung
dikemas dalam plastik yang berisi udara / oksigen, sehingga kemasan
plastik yang menggembung dapat melindunginya dari kerusakan fisik yaitu
hancur atau ”remuk”.
Penggorengan emping jagung biasanya dilakukan pada suhu minyak goreng sekitar 170oC selama beberapa detik. Pada suhu tersebut emping jagung mampu mekar dengan segera. Untuk mendapatkan citarasa yang enak, biasanya penambahan bumbu (biasanya larutan garam dan bawang putih) ditambahkan pada saat penggorengan berlangsung dan sebelum emping jagung diangkat dari penggorengan. Caranya, pada saat emping jagung sudah dimasukkan dan sudah mekar, kemudian ditambahkan kedalam minyak panas sejumlah larutan bumbu dengan takaran tertentu (supaya bumbu terasa pas dan tidak terlalu asin). Setelah diaduk merata, kemudian emping jagung diangkat dan ditiriskan. Karena air pelarut bumbu teruapkan dengan cepat oleh minyak panas dan partikel bumbu seperti garam tidak larut minyak goreng, maka partikel-partikel bumbu tersebut akan menempel pada emping jagung yang digoreng. Jadi demikianlah mengapa emping jagung
yang digoreng dengan cara demikian lebih terasa gurih, asin, ”miroso”
dan ”mak krezzzzz”. Jujur saja cara penggorengan seperti ini lebih enak
hasilnya dari pada cara penambahan bumbu
lainnya. Tetapi, jangan senang dulu karena semuanya pasti ada resiko
yang harus ditanggung. Bukankah Tuhan selalu menciptakan
berpasang-pasangan ?. Ada enak, pasti ada juga gak enaknya.
Cara penggorengan seperti itu ternyata membuat minyak
goreng cepat kotor, adanya residu garam yang tidak bisa menempel
seluruhnya membuat hasil penggorengan berikutnya cenderung lebih asin
alias hasil emping goreng menjadi tidak seragam, dan minyak goreng pasti
akan lebih cepat tengik atau rusak karena selain panas juga dipicu oleh
adanya garam. Jadi, kalau konsekuensi yang harus dihadapi seperti
demikian, maka kita dihadapkan pada pilihan, mau pilih metode
penggorengan yang mana? Cara penggorengan seperti biasanya atau cara
penggorengan ini ?. Yang jelas semuanya ada konsekuensinya.
Selesai penggorengan emping jagung, perlu kiranya untuk mempercepat pengeringan minyak, dilakukan proses pengeringan minyak menggunakan spinner untuk hasil lebih baik, minyak tertiriskan, hasilnya emping jagung lebih awet dan tidak berbau minyak.
Silahkan mencoba kami terima Pesanan. Hubungi kami : via sms ke : 0877 4219 7758 ; 0857 1365 0110 kami tunggu terimakasih.
Silahkan mencoba kami terima Pesanan. Hubungi kami : via sms ke : 0877 4219 7758 ; 0857 1365 0110 kami tunggu terimakasih.
No comments:
Post a Comment